Gunungsitoli, Cahayapost.com.
Jelang Pemilukada serentak pada Nopember 2024 mendatang, baik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, suhu politik semakin memanas, dimana-mana perbincangan selalu muncul pembahasan mengenai para kandidat Kepala Daerah.
Di Kepulauan Nias sendiri, pembahasan tentang para kandidat juga tidak ketinggalan, termasuk dikalangan para praktisi hukum atau Advokat / Pengacara.
Salah satu yang menarik dari seorang praktisi hukum, Advokat / Pengacara di Kep. Nias, Faahakhododo Telaumbanua, S.H., C.PS., C.NS., C.IW alias Bung Fakha, Pimpinan Kantor Hukum Bung Fakha & Rekan di Kota Gunungsitoli, dalam suatu diskusi ringan bersama sejumlah praktisi hukum dan pengunjung sidang di kantin Pengadilan Negeri Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Propinsi Sumatera Utara, Senin (25/6/2024) sore mengatakan, “Mengapa bukan para pemimpin agama seperti Pendeta, Pastor, dan Ustad kita dorong untuk menjadi Kepala / Wakil Kepala Dearah…?”
Bung Fakha yang juga Direktur Lembaha Bantuan Hukum Cahaya Keadilan Masyarakat (LBH-CKM) ini mengatakan, saat ini, pada umumnya masyarakat menilai bahwa para politisi banyak melupakan janji-janji politik, visi-misi tidak tercapai bahkan kebanyakan kurang dari 60% terlaksana, ketika sudah jadi, banyak yang berkhianat kepada pendukung dan masyarakat, tidak lagi mementingkan kepentingan umum, tetapi lebih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan kolega-kolega yang pintar merapat dan menjilat.
Munculnya para kandidat baru, lanjut Bung Fakha yang juga Jurnalis / Pimpinan sejumlah media masa ini, bukan jaminan bahwa perbaikan daerah kedepan akan terjadi, karena kebanyakan juga kandidat yang muncul adalah orang-orang lama dari politik atau birokrasi, dan atau berlatar belakang pengusaha.
“Saat ini, saya melihat, dan jika kita masih percaya, bahwa penjaga moral dan iman terakhir di Negeri ini adalah para Hamba Tuhan, para pimpinan agama, maka sebagai penjaga moral dan iman, sebaiknya, mereka inilah yang harus kita dorong terjun ke politik untuk memperbaiki Negara ini, setidaknya memperbaiki daerah masing-masing” Ujar Bung Fakha yang juga Aktivis sejumlah organisasi dan mantan politisi ini.
Setidaknya, lanjut Bung Fakha, jika para Pendeta, Pastor atau Ustad yang menjadi Kepala / Wakil Kepala Daerah, untuk melakukan penyelewengan, mereka akan berfikir berkali-kali sembari mengingat khotbah-khotbah mereka di mimbar-mimbar suci rumah ibadah.
“Namun, sayang sekali, di Kepulauan Nias, saya belum melihat para pemuka agama ini muncul untuk bersaing di kontestan Pilkada tahun ini, dan sepertinya juga kita tidak ada yang mendorong mereka untuk muncul, namun ini belum terlambat jika mereka muncul untuk perbaikan daerah ini” tambah Bung Fakha yang juga pegiat perlindungan anak ini.
Memang, lanjut Bung Fakha, para pemuka agama bukan Tuhan dan belum selevel dengan malaikat, tetapi melihat carut-marutnya politik dan pemerintahan daerah di beberapa daerah di Kep. Nias saat ini, tidak ada salahnya jika kita mendorong para Hamba Tuhan ini tampil sebagai pemimpin daerah. Dizaman dahulu juga, banyak para Nabi yang menjadi Raja, meski ada satu dua orang yang akhirnya juga melakukan kesalahan, tetapi itulah manusia, karena belum selevel malaikat, dan tidak ada salahnya, jika saat ini, kita mencoba memunculkan para Hamba Tuhan kembali memimpin di Negeri ini.
“Politik sebenarnya baik, tujuannya mulia, tetapi oknum-oknum politisilah, apalagi politikus dadakan, karbitan yang tanpa pengalaman, yang telah membuat politik itu sangat kotor di pandangan masyarakat saat ini. Maka, sesungguhnya, jika para pemuka agama terjun ke dunia politik, itu tidak salah, sebab jika orang-orang baik tidak berani terjun kedunia politik, maka bisa jadi para penjahat akan menguasai kekuasaan daerah / Negara” ujar Bung Fakha yang juga pelayan Gereja ini.
Semoga saja ada para Hamba Tuhan atau Pemuka Agama yang tampil untuk memperbaiki Negara ini, minimal di daerahnya masing-masing. (PolL)